Tuesday 23 July 2013

**Peranan Muslimat dalam mendepani zaman **

Peranan Muslimat dalam mendepani zaman



Dalam arus perkembangan dunia baru dengan cabaran yang sangat hebat, muslimat dilihat agak terkebelakang dalam memacu usaha untuk merealisasikan kebangkitan islam dari pelbagai sudut.
Peranan yang dimainkan oleh muslimat penggerak gerakan islam dilihat masih jauh dari yang diharapkan. Suasana ini perlu diubah untuk mewujudkan kebangkitan yang menyeluruh untuk generasi akan datang

 Golongan muslimat perlu berperanan dalam keluarga dan masyarakat untuk memberi sumbangan dalam masyarakat dan merealisasikan perubahan kepada zaman yang baru Mengaktifkan peranan muslimat dalam masyarakat umum, peranan muslimat dalam masyarakat adalah penting bagi melengkapkan peranan kaum lelaki, antara kerja-kerja yang perlu diaktifkan:
1. Menyedari tanggungjawab mereka dalam kebangkitan ummat
2. Bekerja untuk menghubungkan muslimat dalam segenap bidang dalam masyarakat
3. Memajukan muslimat dalam semua lapangan antaranya ( ilmu-politik-agama-kesihatan-ekonomi-kemasyarakatan)
4. Komited dengan kerjaya dan menjadi contoh dalam masyarakat
5. Menyebarkan ilmu dan pengalaman untuk kesinambungan generasi.
6. Menyedari perancangan dunia barat untuk memisahkan mereka dari budaya dan nilai-nilai murni islam




 Peranan yang perlu diambil berat:
1. Peranan muslimat dalam penyertaan politik:
• meningkatkan kesedaran politik dikalangan ahli keluarga dan masyarakat
• menyertai aktiviti politik samaada peringkat tempatan dan antarabangsa
2. Peranan muslimat dalam kerja-kerja persatuan:
• Mewujudkan persatuan atu NGO yang mampu membela kaum wanita dalam kehidupan seharian
• Mengaktifkan jawatankuasa muslimat dan mengaktifkan peranan muslimat dalam jawatankuasa induk.
• Kerja-kerja aktiviti sosial yang membolehkan muslimat menguasai aktiviti kemasyarakatan.
• Mewujudkan ruang dialog dan perbincangan khusus untuk muslimat
3. Peranan muslimat untuk mengambil bahagian dalam media dalam bentuk yang pelbagai.
• Pembinaan ikon media kalangan muslimat.
• Membina tapak untuk muslimat bersuara dalam pelbagai bidang.



 Ciri-ciri muslimat dalam kebangkitan islam:
Aqidah yang kukuh - rohaniah membangun - akhlak dan tingkah laku yang unggul - mempunyai kemahiran dan ilmu – bersama dalam tanzim dan gerakan- kesihatan dan tubuh badan terjaga - emosi terjaga.
Segala peranan dan tugas ini perlu difahami dan dijayakan oleh muslimat untuk membina generasi yang mampu menghadapi cabaran yang mendatang.

copypaste..
_ jom bersama ISLAM_

Monday 22 July 2013

Kisah Menakjubkan Sahabat Nabi Julaibib Mendapatkan Jodoh

Kisah Menakjubkan Sahabat Nabi Julaibib Mendapatkan Jodoh

Kisah JulaibibKisah Menakjubkan Sahabat Nabi Julaibib Mendapatkan Jodoh - Namanya Julaibib, begitulah dia biasa dipanggil. Nama ini sendiri mungkin sudah menunjukkan ciri fisiknya yang kerdil dan pendek. Nama Julaibib adalah nama yang tidak biasa dan tidak lengkap. Nama ini, tentu bukan ia sendiri yang menghendaki. Bukan pula orangtuanya. Julaibib hadir ke dunia tanpa mengetahui siapa ayah dan ibunya. Demikian pula orang-orang, semua tidak tahu, atau tidak mau tahu tentang nasab Julaibib. Bagi masyarakat Yatsrib, tidak bernasab dantidak bersuku adalah cacat sosial yang sangat besar.

Julaibib yang tersisih
Tampilan fisik dan kesehariannya juga menjadi alas an sulitnya orang lain ingin berdekat-dekat dengannya. Wajahnya jelek terkesan sangar, pendek, bunguk, hitam, dan fakir. Kainnya usang, pakaiannya lusuh, kakinya pecah-pecah tidak beralas. Tidak ada rumah untuk berteduh, tidur hanya berbantalkan tangan, berkasurkan pasir dan kerikil. Tidak ada perabotan, minum hanya dari kolam umum yang diciduk dengan tangkupan telapak tangan. Abu Barzah, pemimpin Bani Aslam, sampai-sampai berkata tentang Julaibib, “Jangan pernah biarkan Julaibib masuk diantara kalian! Demi Allah jika dia berani begitu, aku akan melakukan hal yang mengerikan padanya!” demikianlah keadaan Julaibib pada saat itu.

Namun jika Allah berkehendak menurunkan rahmatNya, tidak satu makhluk pun bisa menghalangi. Julaibib menerima hidayah, dan dia selalu berada di shaf terdepan dalam shalat maupun jihad. Meski hampir semua orang tetap memperlakukannya seolah ia tiada, tidak begitu dengan Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam Shollallahu ‘alaihi wasallam sang rahmat bagi semesta alam. Julaibib yang tinggal di shuffah Masjid Nabawi, suatu hari ditegur oleh Sang Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam, “Julaibib…”, begitu lembut beliau memanggil, “Tidakkah engkau menikah?”
“Siapakah orangnya Ya Rasulallah Shollallahu ‘alaihi wasallam”, kata Julaibib, “yang mau menikahkan putrinya dengan diriku ini?”
Julaibib menjawab dengan tetap tersenyum. Tidak ada kesan menyesali diri atau menyalahkan takdir Allah pada kata-kata maupun air mukanya. Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam juga tersenyum. Mungkin memang tidak ada orang tua yang berkenan pada Julaibib. Tapi hari berikutnya, ketika bertemu dengan Julaibib, Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam menanyakan hal yang sama. “Julaibib, tidakkah engkau menikah?”. Dan Julaibib menjawab dengan jawaban yang sama. Begitu, begitu, begitu. Tiga kali. Tiga hari berturut-turut.
Dan di hari ketiga itulah, Sang Nabi menggamit lengan Julaibib dan membawanya ke salah satu rumah seorang pemimpin Anshar. “Aku ingin menikahkan putri kalian.”, kata Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam pada si empunya rumah, “
“Betapa indahnya dan betapa barakahnya”, begitu si wali menjawab berseri-seri, mengira bahwa sang Nabi lah calon menantunya. “Ooh.. Ya Rasulallah Shollallahu ‘alaihi wasallam, ini sungguh akan menjadi cahaya yang menyingkirkan temaram di rumah kami.”
“Tetapi bukan untukku”, kata Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam, “ku pinang putri kalian untuk Julaibib”
“Julaibib?”, nyaris terpekik ayah sang gadis
“Ya. Untuk Julaibib.”
“Ya Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam”, terdengar helaan nafas berat. “Saya harus meminta pertimbangan istri saya tentang hal ini”
“Dengan Julaibib?”, istrinya berseru, “Bagaimana bisa? Julaibib berwajah lecak, tidak bernasab, tidak berkabilah, tidak berpangkat, dan tidak berharta. Demi Allah tidak. Tidak akan pernah putri kita menikah dengan Julaibib”
Perdebatan itu tidak berlangsung lama. Sang putri dari balik tirai berkata anggun, “Siapa yang meminta?”
Sang ayah dan sang ibu menjelaskan.
“Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam? Demi Allah, kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam yang meminta, maka tiada akan dia membawa kehancuran dan kerugian bagiku”. Sang gadis yang shalehah lalu membaca ayat ini :
“Dan
tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (QS. Al Ahzab : 36)
Dan sang Nabi dengan tertunduk berdoa untuk sang gadis shalihah, “Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atasnya, dalam kelimpahan yang penuh barakah. Jangan Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah..”
Doa yang indah.

Pelajaran dari Kisah Julaibib
Kita belajar dari Julaibib untuk tidak meratapi diri sendiri, untuk tidak menyalahkan takdir, untuk selalu pasrah dan taat pada Allah dan RasulNya. Tidak mudah menjadi Julaibib. Hidup dalam pilihan-pilihan yang sangat terbatas.
Memang pasti, ada batas-batas manusiawi yang terlalu tinggi untuk kita lampaui. Tapi jika kita telah taat kepada Allah, jangan khawatirkan itu lagi. Ia Maha Tahu batas-batas kemampuan diri kita. Ia tidakkan membebani kita melebihi yang kita sanggup memikulnya.
Urusan kita sebagai hamba memang taat kepada Allah. Lain tidak! Jika kita bertidakwa padaNya, Allah akan bukakan jalan keluar dari masalah-masalah yang di luar kuasa kita.
Urusan kita adalah taat kepada Allah. 

Maka benarlah doa sang Nabi. Maka Allah karuniakan jalan keluar baginya. Maka kebersamaan di dunia itu tidak ditakdirkan terlalu lama. Meski di dunia sang istri shalehah dan bertaqwa, tapi bidadari telah terlampau lama merindukannya. Julaibib telah dihajatkan langit mesti tercibir di bumi. Ia lebih pantas menghuni surga daripada dunia yang bersikap tidak terlalu bersahabat padanya.
Saat syahid, Sang Nabi begitu kehilangan. Tapi ia akan mengajarkan sesuatu kepada para sahabatnya. Maka ia bertanya diakhir pertempuran. “Apakah kalian kehilangan seseorang?”
“Tidak Ya Rasulallah Shollallahu ‘alaihi wasallam!”, serempak sekali. Sepertinya Julaibib memang tidak beda ada dan tiadanya di kalangan mereka.
“Apakah kalian kehilangan seseorang?”, Sang Nabi bertanya lagi. Kali ini wajahnya merah bersemu.
“Tidak Ya Rasulallah Shollallahu ‘alaihi wasallam!”. Kali ini sebagian menjawab dengan was-was dan tidak seyakin tadi. Beberapa menengok ke kanan dan ke kiri.
Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam menghela nafasnya. “Tetapi aku kehilangan Julaibib”, kata beliau.
Para sahabat tersadar,“Carilah Julaibib!”
Maka ditemukanlah dia, Julaibib yang mulia. Terbunuh dengan luka-luka, semua dari arah muka. Di sekitarnya tergolek tujuh jasad musuh yang telah ia bunuh. Sang Rasul, dengan tangannya sendiri mengafani Sang Syahid. Beliau Shollallahu ‘alaihi wasallam menshalatkannya secara pribadi. Dan kalimat hari berbangkit. “Ya Allah, dia adalah bagian dari diriku dan aku adalah bagian dari dirinya.”
Di jalan cinta para pejuang, biarkan cinta berhenti di titik ketaatan. Meloncati rasa suka dan tidak suka. Melampaui batas cinta dan benci. Karena hikmah sejati tidak selalu terungkap di awal pagi. Karena seringkali kebodohan merabunkan kesan sesaat. Tapi yakinlah, di jalan cinta para pejuang, Allah lebih tahu tentang kita. Dan Dialah yang akan menyutradarai pentas kepahlawanan para aktor ketaatan. Dan semua akan berakhir seindah surga. Surga yang telah dijanjikanNya.



“Apalah ertinya rupa yang cantik dan kedudukan yang tinggi, tapi rumah tangga porak peranda. Suami curang terhadap isteri, manakala isterinya juga bermain kayu tiga di belakang suami. Apalah yang dibanggakan dengan harta kekayaan yang melimpah ruah tetapi hati tetap tidak senang malah selalu bimbang dan cemas kerana diburu orang ke mana pergi. Memadailah rezeki yang sedikit yang Allah kurniakan tetapi berkat. Memadailah dengan suami yang dijodohkan tiada rupa asalkan suami tersebut dapat memberi kebahagiaan di dunia dan lebih-lebih lagi Akihrat.”

Source: http://syauqiel-jazil.blogspot.com/2010/08/kisah-julaibib-sahabat-nabi.html dan http://kisahteladan.info/sahabat/jodoh-buat-julaibib.html

_ jom bersama ISLAM_

Peristiwa-peristiwa di bulan Ramadhan


Peristiwa-peristiwa di bulan Ramadhan


Written by Administrator   
Isnin, 01 September 2008 14:13

Selain turunnya wahyu Allah yang pertama di bulan Ramadhan, terdapat beberapa peristiwa besar yang juga berlaku dibulan yang penuh dengan barakah ini. Ketika dahulu, umat Islam yang merupakan umat yang disanjung tinggi dari timur ke barat, kerana terlimpahnya rahmat Allah kesan dari penerapan Islam dalam kehidupan mereka. Namun begitu, pada masa sekarang, setelah runtuhnya entiti penyatuan umat Islam, iaitu Khilafah pada 27 Rejab 1342H (3 Mac 1924), umat Islam dirundung penyakit yang semakin parah. Semoga Ramadhan kali ini merupakan Ramadhan terakhir bagi umat Islam berpuasa tanpa Khilafah.

Berikut merupakan peristiwa-peristiwa yang berlaku pada bulan Ramadhan:

17 Ramadhan 2H

Perang Badar Al-Kubra

Rasulullah SAW berangkat dari Madinah pada 8 Ramadhan. Ibnu Hisyam menyatakan bahawa perang ini merupakan kemenangan pertama yang menentukan kedudukan umat Islam dalam menghadapi kekuatan kemusyrikan dan kebatilan. Allah SWT telah mengutuskan segerombolan malaikat untuk membantu pasukan muslimin menghancurkan pasukan musyrik. Perang ini berlaku pada pagi Jumaat, 17 Ramadhan 2H di Badar. Kemenangan lebih kurang 300 orang  tentera Islam di bawah pimpinan Rasulullah ini yang telah megalahkan lebih kurang 1000 orang tentera musyrikin Mekah.

Ramadhan 5H

Persiapan Perang Khandaq

Persiapan dilakukan dengan mengali parit (khandaq) sekeliling kota Madinah. Tipu muslihat ini tidak pernah digunakan oleh bangsa Arab. Ia diusulkan oleh Salman Al-Farisy. Peperangan ini terjadi pada bulan Syawal dan berakhir pada bulan Dzulkaedah setelah pasukan muslimin berjaya memecahkan belahkan pasukan musuh.

20 Ramadhan 8H

Futuhul Makkah (Pembukaan Kota Mekah) dan Penghancuran Berhala

Rasulullah SAW keluar dari Madinah pada 10 Ramadhan dan berpuasa, lalu diikuti para sahabat. Baginda berbuka di suatu tempat yang dipanggil Mukadid (antara Asfan dengan Amjad). Mekah jatuh ke tangan kaum muslimin tanpa pertumpahan darah. Setelah penaklukan Mekah, Rasulullah tinggal di kota itu selama 15 malam dengan melakukan sembahyang qasar. Menurut Ibnu Ishaq, penaklukan itu terjadi pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah mengutuskan Khalid al-Walid untuk menghancurkan berhala Uzza, Amr bin Ash merobohkan Suwa’, dan Saad bin Zaid Al-Asyhaly menumbangkan Manat.

Ramadhan 9H 

Perang Tabuk

Rasulullah SAW tidak mendapati tentera Rom lalu kembali ke Madinah.

Utusan Thaif

Utusan Thaif datang ke Madinah untuk masuk Islam dan pada ketika itu juga mereka terus melaksanakan kewajiban-kewajiban dan melaksanakan puasa disana.

Utusan Raja Himyar

Utusan Raja Himyar datang ke Madinah untuk menyatakan kemasukan Islam. Rombongan tersebut diterima dan dimuliakan oleh Rasulullah SAW. Beliau kemudian menulis batas-batas hak dan kewajiban mereka dalam bentuk dokumen bertulis.

Ramadhan 10H 

Rasulullah SAW mengutuskan sepasukan tentera dibawah pimpinan Saidina Ali Karamallahu wajhah ke Yaman dengan membawa surat Nabi. Satu suku kaum yang berpengaruh di Yaman terus menerima Islam dan masuk Islam pada hari itu juga. Mereka bersembahyang berjamaah bersama Imam Ali ra. pada hari itu.

Ramadhan 53H 

Kemenangan tentera Islam di Rhodesia.

Ramadhan 92H 

Islam telah tersebar dan membuka kawasan- kawasan baru sehingga ke Afrika Utara, Iran, Afghanistan, Yemen dan Syria. Spanyol di bawah kekuasaan Raja Rhoderic of the Visigoths. Musa ibn Husair,  Wali Khilafah Ummayyah di Utara Afrika, bersama-sama dengan Paglima tentera Islam, Tariq Ziyad yang megetuai 12 000 tentera Islam berdepan dengan tentera kuffar seramai 90 000 yang diketuai sendiri oleh Raja Rhoderic. Antara peristiwa yang memotivasikan tentera- tentera Allah ini semasa perang ini ialah, apabila Tariq bin Ziyad mengarahkan tenteranya membakarkan kapal- kapal perang mereka sebelum bertempur dengan tentera Raja Rhoderic. Beliau berkata, ”Sesungguhnya, syurga Allah terbentang luas di hadapan kita, dan dibelakang kita terbentangnya laut. Kamu semua hanya ada dua pilihan, sama ada mati lemas, ataupun syahid”. Pasukan tentera ini bukan sahaja telah mengalahkan tentera-tentera kuffar pimpinan Raja Rhoderic, malah telah mampu membebaskan keseluruhan Sepanyol, Sicily dan sebahagian Perancis. Di sini, bermulanya zaman keemasan Islam di Andalus, dengan Islam menguasainya selama 700 tahun.

Ramadhan 129H 

Kemenangan dakwah Bani Abbas di Khurasan dibawah pimpinan Abu Muslim Al-Khurasany.

Ramadhan 584H 
Panglima tentera Islam, Salahuddin Al-Ayyubi mendapat kemenangan besar ke atas tentera Salib. Tentera Islam menguasai daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai oleh tentera Salib. Ketika bulan Ramadhan, penasihat-penasihat Salahuddin menyarankan agar dia berehat kerana risau ajalnya tiba. Tetapi Salahuddin menjawab "Umur itu pendek dan ajal itu sentiasa mengancam". Kemudian tentera Islam yang dipimpinnya terus berperang dan berjaya merampas Benteng Shafad yang kuat. Peristiwa ini berlaku pada pertengahan bulan Ramadhan.

Ramadhan 658H 

Semasa kemasukan tentera tartar di Baghdad, yang merupakan pusat pemerintahan Islam pada masa tersebut, tentera Tartar telah membunuh 1.8 juta kaum Muslimin. Selain itu, mereka mengarahkan penduduk Kristian supaya makan babi dan meminum arak secara terbuka dijalanan dan memaksa kaum muslimin turut serta. Azan turut dilarang daripada dilaungkan dan masjid- masjid disirami dengan arak oleh tentera- tentera Tartar yang biadap ini. Kecelakaan ini disambut oleh Saifudin Qutuz, pemerintah Mesir ketika itu dengan mengumpulkan semula kekuatan kaum muslimin untuk meghancurkan tentera Tartar dan bertembung dengan mereka pada Jumaat, 25 Ramadhan 658H di Ain Jalut. Peperangan ini turut disertai oleh isteri Sultan Saifudin Qutuz, Jullanar yang akhirnya syahid di medan pertempuran. Semasa beliau nazak, Saifudin Qutuz memapahnya dan berkata ”Wahai Kekasihku”. Ini dibalas oleh Jullanah dengan mengatakan, ”Janganlah kamu berkata demikian. Kasih lagilah kamu terhadap Islam”. Setelah itu, tentera- tentera ini terus berjihad, dan kemenangan di raih oleh Islam di depan pintu gerbang Mesir di Kota Ain Jalut

copy n paste.. moga bermanfaaat..
_ jom bersama ISLAM_

Pages

Blogger news

Powered by Calendar Labs

Blogger templates

Pages - Menu

Tinggalkan pesanan anda =)